Biaya Hidup di Perkotaan, Gaji Besar Belum Tentu Cukup

Besar kecilnya jumlah gaji yang diterima sebenarnya tidak bisa menjamin kebahagiaan ataupun tercukupinya kebutuhan hidup. Ada orang dengan penghasilan ratusan juta setiap bulan, tapi tetap merasa “kurang”, sementara ada juga yang hanya bergaji Rp8–10 juta tapi bisa hidup nyaman karena pandai mengelola uang.

Biaya hidup di Indonesia sendiri relatif lebih rendah dibanding negara lain. Namun, tetap saja ada perbedaan antar kota. Jakarta dan Surabaya misalnya, termasuk kota dengan biaya hidup tinggi, sementara Yogyakarta atau Solo jauh lebih ramah di kantong.

Masalahnya, sebesar apapun penghasilanmu, kalau tidak bisa mengelola keuangan dengan tepat, tetap saja akan habis. Belum masuk pertengahan bulan, sudah makan mie instan terus. Kenapa bisa begitu?

Kalau fokusnya ke “mengapa biaya hidup terus naik”, aku akan buat artikelnya lebih analitis tapi tetap gaya hidup, jadi pembaca merasa relate dan paham kenapa gaji sering terasa kurang meski nominalnya naik.

Mengapa Biaya Hidup di Perkotaan Terus Naik?

Banyak orang mengeluh gaji terasa tidak pernah cukup, meski tiap tahun ada kenaikan. Padahal kalau dipikir-pikir, kebutuhan sehari-hari juga tidak banyak berubah, makan, transportasi, listrik, hiburan. Jadi, kenapa biaya hidup terus naik?

1. Inflasi harian yang sering tak terlihat

Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak, cabai, atau telur naik sedikit demi sedikit. Sekilas tak terasa, tapi kalau dikumpulkan selama setahun, selisihnya bisa ratusan ribu bahkan jutaan. Hal ini dinamakan inflasi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dari waktu ke waktu.

2. Gaya hidup yang ikut meningkat

Naik gaji seringkali diikuti dengan naiknya gaya hidup, dari naik motor jadi naik mobil, dari warteg jadi nongkrong di kafe, dari kos biasa pindah ke apartemen. Tanpa sadar, kebutuhan ikut menyesuaikan, bukan menabung dari selisih gaji yang bertambah.

3. Biaya transportasi dan hunian di kota besar

Di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, dua komponen terbesar biaya hidup adalah transportasi dan hunian. Harga sewa kos, kontrakan, atau apartemen selalu naik setiap tahun. Ditambah kemacetan yang bikin ongkos transportasi lebih mahal, pengeluaran pun membengkak.

4. Tekanan sosial dan tren konsumsi

Media sosial juga punya pengaruh besar. Melihat teman jalan-jalan, ganti gadget terbaru, atau nongkrong di tempat hits, sering bikin kita ikut-ikutan. Padahal, itu bukan kebutuhan, tapi tekanan sosial yang membuat pengeluaran meningkat tanpa disadari.

5. Kenaikan biaya layanan publik

Listrik, air, hingga iuran kesehatan juga mengalami penyesuaian tarif dari waktu ke waktu. Semua ini berkontribusi pada kenaikan biaya hidup, meski terlihat kecil per bulannya.

Lalu, Bagaimana Menghadapinya?

Kenaikan biaya hidup adalah hal yang wajar dan hampir tak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan strategi keuangan:

a. Buat prioritas pengeluaran.

b. Sisihkan tabungan/investasi sebelum belanja, bukan setelahnya.

c. Cari alternatif gaya hidup hemat, misalnya lebih sering masak di rumah atau pakai transportasi umum.

d. Atur pos pengeluaran dengan metode 40-30-20-10 agar lebih disiplin.

Namun, ada kalanya kebutuhan mendesak tetap muncul, entah itu biaya pendidikan, kesehatan, atau kondisi darurat lain. Jika tabungan tidak cukup, pinjaman bisa menjadi jembatan solusi. Asalkan bijak, maksimal cicilan 30% dari gaji bulanan, dan pastikan dipakai untuk kebutuhan, bukan keinginan semata.

Biaya Hidup Naik, Solusi Bisa dari Pinjaman

Pada akhirnya, mengatur keuangan memang jadi kunci utama agar tetap aman meski tinggal di kota dengan biaya hidup tinggi. Namun, ada kalanya kebutuhan mendesak datang tiba-tiba, entah itu biaya kesehatan, pendidikan, atau kebutuhan darurat lain.

Di kondisi seperti ini, pinjaman bisa jadi solusi, asalkan digunakan secara bijak. Prinsipnya sederhana: pinjam hanya untuk kebutuhan penting, bukan gaya hidup. Pastikan cicilannya masih masuk akal, maksimal 30% dari penghasilan bulanan.

Pinjaman yang dikelola dengan disiplin justru bisa meringankan beban biaya hidup di perkotaan. Jadi, kalau kamu merasa biaya hidup makin menekan, atur dulu keuanganmu dengan strategi cerdas. Jika butuh, jangan ragu menggunakan pinjaman sebagai jembatan keuangan, asal tetap bertanggung jawab dalam membayarnya.

Kamu bisa mencoba Neo Pinjam di neobank dari Bank Neo Commerce. Kini, Neo Pinjam menyediakan limit pinjaman hingga Rp100 juta. Selain itu, Neo Pinjam punya tenor lebih panjang yaitu sampai dengan 24 bulan dan termasuk cicilan ringan pinjaman hingga Rp100 juta.

Ditambah, pinjaman tenor fleksibel di Neo Pinjam juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan pinjaman hingga Rp100 juta cair cepat ini tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.

Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan cicilan ringan pinjaman hingga Rp100 juta di Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.

***

PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

\ Get the latest news /

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

PAGE TOP