kompassidik.com – Jakarta –Puan Maharani sedang menjadi target serangan hoax dan fitnah. Mbak Puan sebagai Ketua DPR RI menerima terjangan serbuan hoax yang sangat intensif selama periode Agustus hingga akhir September 2025.
Periode ini bertepatan dengan gelombang demonstrasi nasional terkait isu DPR yang memicu polarisasi politik dan berujung kerusuhan. Tujuan hoax-hoax ini tidak hanya berupaya merusak citra pribadi Mbak Puan, tetapi juga berpotensi memicu ketegangan sosial dan politik. Inilah politik “adu domba” yang sesungguhnya, yang mesti diwaspadai oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai Ketua DPR dan tokoh Partai, Mbak Puan tidak akan alergi pada kritik, masukan, hingga kecaman, namun kalau yang datang adalah hoax, fitnah, kabar bohong hingga pembunuhan karakter, maka yang dihadapi bukan lagi konsekuensi dari demokrasi dan kebebasan berbicara, namun serangan yang terorkestrasi yang memiliki tujuan keji, baik ada motif politik, duit dan konflik.
Berdasarkan penelusuran kami, hoax utama beredar melalui platform media sosial seperti X (dulunya twtter), Facebook, YouTube, TikTok dan Instagram, dengan pola penyebaran yang cepat dan manipulatif. Pemantauan ini mulai awal Agustus hingga akhir September 2025.
Yang menarik adalah serangan hoax semakin deras kepada Mbak Puan setelah pernyataannya pada 23 September 2025 yang “dingin” terhadap dukungan Jokowi untuk Prabowo-Gibran dua periode. Mbak Puan menyebut bahwa “Pemilu masih jauh” dan menyerukan semua pihak untuk lebih fokus pada “gotong royong bangsa”. Pernyataan ini dilihat sebagai “sindiran” terhadap “manuver” Jokowi yang ingin menjaga kekuasaan anaknya: Gibran di tengah isu pemakzulan.
Jenis-jenis Hoax yang Menyerang Puan Maharani
Berikut beberapa jenis hoax yang menyerang Mbak Puan:
1. Penjarahan dan Pembakaran Rumahi: Hoax bahwa rumah pribadi Mbak Puan dijarah dan dibakar massa pada 31 Agustus 2025, didukung video viral yang sebenarnya dari kerusuhan lama.
2. Lengser dari Jabatan Ketua DPR: Hoax bahwa Mbak Puan resmi digantikan atau “lengser” akibat tekanan politik, beredar sejak awal September 2025.
3. Tidak Hormat Saat Lagu Indonesia Raya: Video dari pelantikan menteri pada 17 September 2025 diklaim menunjukkan Puan “kurang ajar” karena tidak mengangkat tangan saat lagu kebangsaan, dengan tambahan teks provokatif seperti “apakah dia pikir Indonesia miliknya?”.
4. KPK Menyita Aset: Hoax bahwa KPK menyita semua aset Mbak Puan beserta politisi lain seperti Ahmad Sahroni, muncul pertengahan September 2025.
5. Korupsi 7 Triliun dan Meninggal Dunia: Hoax tuduhan korupsi Rp7 triliun dan Mbak Puan meninggal akibat diamuk massa, yang beredar di akhir Agustus hingga awal September 2025.
6. Terlibat Pesta Miras dengan Istri-Istri Konglomerat: Hoax yang viral bahwa Mbak Puan menggelar pesta minuman keras (miras) bersama istri-istri konglomerat menggunakan uang pajak rakyat, yang berujung pemecatan oleh Presiden Prabowo. Hoax ini muncul sekitar 20-21 September 2025, didasari video editan atau narasi sindiran dari akun Instagram lita.gading
Sumber hoax-hoax itu misalnya di Facebook dengan akun seperti “Usman Muhammad Abdurrahman” yang membagikan video hoax lengser pada 8 September 2025. Akun-akun lain yang gencar menyebarkan hoax penjarahan rumah pada 31 Agustus 2025. Untuk hoax pesta miras, video viral diunggah oleh akun “Nadam Ybrandeds” pada 27 September 2025, yang menyindir Mbak Puan berdasarkan klaim Dr. Lita Gading. Di TikTok seperti kun @rudzyrex_ menyebarkan video hoax pembakaran rumah pada September 2025. Akun @Alvinpermana membagikan hoax Mbak Puan meninggal dunia pada awal September 2025. Akun @jessica.insident0 juga terlibat dalam narasi bohong meninggal akibat demo. Di YouTube dan Instagram: Hoax pesta miras paling marak di sini, dengan channel YouTube seperti “KETUA DPR RI PUAN MAHARANI DIPECAT” dan “PUAN FIRED BY PRABOWO?!” (30 September 2025), serta reel Instagram dari akun @nadamybrandeds (sekitar 27 September 2025), yang menampilkan narasi “terciduk pesta miras” dengan visual editan.
Terkait hoax video “pesta miras” jelas-jelas merupakan “editing AI/Deepfake”: Video itu hasil editan AI, dengan elemen seperti pengulangan “frame”, teks “overlay palsu”, dan “sinkronisasi bibir yang tidak sempurna”. Tidak ada metadata asli (EXIF) yang mendukung keaslian, dan “wajah “Puan” tampak overlay dari foto yang dikenal publik.
Motif di Balik Penyebaran Hoax
Motif utama hoax ini bersifat politik, bertujuan merusak legitimasi Mbak Puan sebagai representasi PDI Perjuangan dan Ketua DPR di tengah krisis kepercayaan publik pasca-demo Agustus 2025:
1. Black Campaign Politik: Menyerang Mbak Puan untuk melemahkan posisinya sebagai: pertama, Ketua DPR sebagai lembaga yang mengawasi dan mengontrol kekuasaan eksekutif. Apalagi pidato Mbak Puan di Sidang Tahunan MPR pada 15 Agustus 2025, yang dianggap “keras” karena nada kritisnya terhadap isu sosial dan politik. Nada “keras”-nya terlihat dari kritik tajam terhadap persoalan rakyat yang belum terselesaikan, seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan sosial. Mbak Puan menyebut fenomena viral seperti “Indonesia Gelap” (kritik atas kegelapan masa depan bangsa), “kabur aja dulu” (ekspresi frustrasi pemuda), dan bendera One Piece di demo sebagai aspirasi rakyat yang harus didengar. Ia menekankan, “Jangan biarkan rakyat menunggu, negara harus hadir secepat mungkin.”
Kedua: sebagai tokoh PDI Perjuangan: Mbak Puan adalah Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Politik, di mana saat ini PDI Perjuangan menegaskan posisinya sebagai “Parpol Penyeimbang” yang berada di luar pemerintahan eksekutif. Sebagai kekuatan Penyeimbang, PDI Perjuangan akan menjalankan fungsinya sebagai kontrol terhadap kekuasaan eksekutif, mempekuat mekanisme checks and balances, menjaga demokrasi agar kekuasaan tidak berujung pada absolutisme, otokrasi dan oligarki.
2. Serangan Personal: Hoax “tidak hormat bendera” dan “pesta miras” menargetkan identitas Puan sebagai simbol nasionalisme dan kesopanan, khusus hoax “pesta miras”, motifnya menargetkan citra moral Mbak Puan sebagai tokoh perempuan dan cucu Soekarno, dengan elemen sensasional untuk melemahkan posisinya di tengah isu etika anggota parlemen. Di tengah kondisi politik yang masih patriarkhis, maka Mbak Puan sebagai simbol politisi perempuan akan terus menerima serangan yang menargetkan dirinya sebagai perempuan.
3. Provokasi Konflik dan Viralitas untuk Duit: Beberapa akun bertujuan menciptakan kepanikan atau “engagement” tinggi untuk monetisasi (klikbait) yang ujung-ujungnya adalah duit, seperti berita bohong Mbak Puan “meninggal” “menangis ditangkap KPK” “rumah dibakar” atau “pesta miras” yang memicu komentar emosional dan mudah viral, serta konten-kontennya yang di-monetisasi untuk dapat cuan.
Serangan-serangan hoax pada Mbak Puan merupakan contoh klasik manipulasi digital yang politik, memicu konflik, hingga mendulang duit dengan membunuh karakter seseorang untuk merusak citra dan mematikan karir. Modus-modus ini sangat berbahaya dan akan terus berlanjut kalau penegak hukum tidak turun tangan. Mbak Puan sebagai Ketua DPR saja “dibiarkan” diserang hoax, fitnah dan kebencian, bagaimana dengan warga negara lainnya?
Masyarakat juga perlu mewaspadai dengan meningkatkan kecerdasan digital di tengah kerentanan demokrasi digital terhadap disinformasi, hoax, fitnah dan kebencian, bahwa masyarakat akan dijadikan sebagai “bahan bakar” untuk konflik, serta “pasar dan konsumen” untuk mendapatkan cuan. Jangan terkecoh dengan yang viral, karena yang viral belum tentu benar. Tetap utamakan check and recheck. Jangan mau dimanfaatkan sebagai bahan bakar konflik!
Mohamad Guntur Romli PDI Perjuangan
#PuanMaharani #PDIPerjuangan #DPR #DPRRI